The Human Centipede 2 (Full Sequence) Ditolak Australia

The Human Centipede 2 (Full Sequence) Ditolak Australia – Tom Six pada pertama kali mengungkapkan idenya mengenai pembuatan The Human Centipede (First Sequence) (2010), banyak pihak yang menilai Six telah benar-benar melewati batas dalam memaknai arti sebuah film horor.

Selain hal tersebut pun, ketika film horor yang menjadi salah satu film yang paling banyak dibicarakan tahun lalu tersebut dirilis, banyak penikmat horor justru menilai bahwa The Human Centipede (First Sequence) adalah sebuah horor yang hanya efektif ketika berada diatas kertas, namun gagal untuk dieksekusi menjadi sebuah sajian yang benar-benar mampu menakuti para penontonnya. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Memang, dengan keahlian pengarahan Six yang masih cukup terlihat lemah, The Human Centipede (First Sequence) kurang mampu untuk memenuhi harapan seluruh penontonnya untuk mendapatkan sebuah sajian yang benar-benar sadis sekaligus dapat mampu untuk tampil memikat dengan jalan cerita yang disajikan. slot online indonesia

Review: The Human Centipede 2 (Full Sequence) yang Ditolak Australia

Masa setahun telah berlalu. Six pun, yang nyatanya semenjak lama sudah merencanakan untuk membuat The Human Centipede sebagai sebuah trilogi – Benar! Trilogi yang meiliki arti bahwa, Anda masih akan berkesempatan untuk menyaksikan sebuah cerita baru lagi dari seri ini di masa yang akan datang – akhirnya merilis seri kedua The Human Centipede, The Human Centipede 2 (Full Sequence).

Six ini seperti betul-betul mendengarkan seluruh kritikan terhadap The Human Centipede (First Sequence). Berbagai macam dari komentar yang menyatakan bahwa seri pertama film tersebut kurang mampu memenuhi hasrat para penikmat film horor dijawab dengan banyaknya adegan yang sadis, penuh darah sekaligus menjijikkan yang jelas akan cukup mampu untukmemberikan kepuasan mereka yang mengatakan bahwa The Human Centipede (First Sequence) masih kurang kandungan horornya.

Film The Human Centipede 2 (Full Sequence) ini pun, sepertinya menjadi jawaban tersendiri bagi Six dalam menjawab beberapa kritikan yang menyatakan bahwa film yang ia buat telah melewati batas-batas norma yang ada. Melalui karakter Martin Lomax yang diperankan oleh aktor Laurence R. Harvey yang juga sekaligus menjadi karakter antagonis di film ini,

Six dengan jelas menyindir mereka yang terlalu mengaggap serius film yang ia ciptakan, bahwa The Human Centipede (First Sequence) hanyalah murni sebuah film horor yang berniat untuk menakut-nakuti penonton dan seharusnya tidak perlu dicap sebagai sesuatu hal yang membahayakan bagi banyak orang.

Pada film The Human Centipede 2 (Full Sequence) dikisahkan mengenai Martin Lomax (Harvey), seorang pria penyendiri yang bekerja sebagai seorang petugas penjaga area parker dan begitu terobsesi dengan film The Human Centipede (First Sequence). Terlalu besarnya rasa terobsesinya Martin pada film tersebut, ia mengumpulkan segala hal yang berhubungan dengan film tersebut,

mulai dari foto-foto para jajaran pemeran film tersebut hingga berusaha menggambarkan sendiri bagaimana pola ‘menyatukan’ beberapa manusia hingga menjadi sebuah bentuk ciptaan baru. Klimaksnya, Martin akhirnya memutuskan untuk membuat sendiri human centipede seperti yang dilakukan oleh Dr Heiter (Dieter Laser) di The Human Centipede (First Sequence).

Mencoba untuk berbuat lebih sadis daripada Dr Heiter, Martin tidak hanya berencana untuk menyatukan tiga orang manusia. Ia mau membentuk sebuah human centipede dalam ukuran penuh dan menyatukan sebanyak dua belas orang bersama. Secara perlahan, Martin mulai mengumpulkan para korbannya. Selain dari pada itu, ia berhasil untuk membohongi Ashlynn Yennie,

salah seorang aktris yang berperan dalam The Human Centipede (First Sequence), dan turut menjadikannya sebagai korban. Berbeda juga dengan Dr Heiter, Martin jelas sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan peralatan medis yang akurat. Mengakibatkan, jelas saja, kedua belas korban Martin harus melalui serangkaian proses penyatuan yang sangat sadis dan menyakitkan.

Perlu untuk diakui bahwa, The Human Centipede 2 (Full Sequence) jelas merupakan sebuah peningkatan kadar horor yang cukup ekstrim jika dibandingakan dengan seri pertama film ini. Lebih banyaknya korban, lebih banyak darah dan lebih banyak perlakuan amoral untuk memuaskan setiap hasrat para penikmat film-film sejenis.

Pilihan Six untuk menghadirkan rangkaian kisahnya dalam adegan berwarna hitam putih juga terbukti efektif dalam menambah intensitas dari jalan cerita yang dihadirkan.Keunikan kegilaan dari Martin Lomax yang menjadi karakter antagonis utama juga mampu dibangun dengan begitu rapi sehingga penonton akan dapat merasakan kengerian yang mendalam dari hanya menyaksikannya berdiam diri di dalam jalan cerita.

Selain itu, jika dibandingkan dengan The Human Centipede (First Sequence), Six masih terpaku pada pola pengarahan cerita yang sama. Tidak ada peningkatan yang berarti pada segi penulisan ,aupun penggalian karakter-karakter yang dihadirkan di dalam cerita.

Penonton mutlak hanya menyaksikan jalan cerita yang disajikan oleh Six tanpa pernah akan merasa mereka dilibatkan di dalam jalan cerita untuk merasakan ikatan emosional pada setiap karakter yang hadir sama dengan yang mungkin dapat dirasakan beberapa orang pada para karakter korban yang dihadirkan di The Human Centipede (First Sequence).

Kurangnya dialog juga menjadi kelemahan sendiri, walaupun kesunyian yang dihadirkan film ini seringkali juga menjadi poin menarik yang menambah intensitas kengerian The Human Centipede 2 (Full Sequence).

Review: The Human Centipede 2 (Full Sequence) yang Ditolak Australia

Mereka pula yang mengeluhkan bahwa The Human Centipede (First Sequence) masih terlalu datar datar dan gagal tampil semenarik premis yang ditawarkan, kemungkinan besar akan mampu merasakan peningkatan tingkat kengerian yang coba diciptakan oleh Tom Six dalam The Human Centipede 2 (Full Sequence).

Menghadirkan adegan-adegan dengan intensitas horor yang lebih padat dan deretan adegan yang akan cukup mampu membuat setiap penontonnya merasakan sedikit mual sayangnya pengarahan serta kemampuan penulisan naskah Six masih belum menemukan peningkatan yang berarti. The Human Centipede 2 (Full Sequence) murni merupakan sebuah film yang hanya akan menyajikan berbagai kengerian pada penontonnya, namun sama sekali tidak akan membuat mereka tertarik untuk mengingat film tersebut lebih lama.

Australia Tolak Peredaran ‘HUMAN CENTIPEDE II’:

Dua negara telah yang sempat menolak peredaran film Tom Six ini. Sesudah negara Inggris yang sempat keberatan kalau film horor ini beredar di sana, kini giliran Australia yang mengemukakan pernyataan senada. Tidak ada kejelasan apakah kali ini pihak Tom Six akan menyerah atau bakal mengadakan negosiasi lagi seperti yang terjadi di Inggris beberapa waktu yang lalu.

Australian Classification Review Board, badan sensor film Australia, hari Senin lalu menyatakan kalau film berjudul THE HUMAN CENTIPEDE II ini tak boleh ditayangkan di Australia. Alasan-alasan yang disampaikan jelas adalah masalah visualisasi kekerasan yang ada dalam film hasil kerja sama Inggris dan Belanda ini.

Bukanlah Australian Classification Review Board yang merasa keberatan kalau film ini beredar di gedung bioskop di Australia. Family Voice Australia yang sebelumnya sempat menggelar protes untuk melarang peredaran film ini di Australia. “Pornografi, didasarkan dalam penyiksaan manusia tak boleh di putar di Australia,” ujar Ros Phillips dari Family Voice Australia.

Pada beberapa waktu yang lalu sempat dikabarkan kalau distributor film ini sempat harus bernegosiasi panjang dengan British Board of Film Classification (BBFC) soal larangan beredarnya film ini di Inggris. Sesudah empat bulan, akhirnya kesepakatan bisa dicapai. 32 adegan harus dipotong sebelum BBFC mengizinkan film buatan Inggris ini beredar di negerinya sendiri.

Walau bagian pertama dan kedua ini dilarang beredar di banyak negara namun Tom Six sendiri kabarnya masih belum kapok dan sudah mempersiapkan bagian ketiga. Rencananya pada bagian ketiga sekaligus bagian penutup ini akan syuting di Amerika Serikat.

 

Continue Reading

Share