“Gurrumul” Film Mengenai Musisi Tunanetra Asli Aborigin

“Gurrumul” Film Mengenai Musisi Tunanetra Asli Aborigin – Film ‘Gurrumul’ yang disutradarai oleh Paul Damien Williams dan dikerjakan selama 4 tahun. Film yang mana mengangkat perjalanan hidup seorang musisi Aborigin bernama Geoffrey Gurrumul Yunupingu.

Diceritakan bahwa Gurrumul pada mulanya hanya seorang personel di band Yothi Yindi dan Saltwater yang sangat populer di kalangan Aborigin, khususnya kaum Yolngu yang tinggal di Timur Laut Australia. Sebagai penyandang tuna netra, Gurrumul punya bakat bermusik yang luar biasa dan bisa memainkan berbagai jenis alat musik, mulai dari gitar, keyboard, bahkan drum. slot indonesia

“Gurrumul” Film Mengenai Musisi Tunanetra Asli Aborigin

Michael Hohnen, yang merupakan pembentuk label rekaman Skinnyfish, tertarik untuk memproduseri Gurrumul. Ia merasa Gurrumul punya bakat luar biasa dan patut mendapat perhatian lebih dari media. 

Bersama Michael, Gurrumul pada akhirnya berhasil merampungkan album self-titled pada 2008. Album itu memenangkan dua kategori di ARIA Music Awards 2008 dan menjadikan Gurrumul sosok yang terkenal di Australia juga beberapa negara di Eropa, seperti Prancis, Inggris, dan Swiss. https://www.americannamedaycalendar.com/

Film dokumenter ‘Gurrumul’ pun memperlihatkan persahabatan antara Gurrumul dan Michael yang lahir dari dua ras berbeda. Gurrumul harus bisa memenuhi ekspektasi Michael sebagai produser, sedangkan Michael pria berkulit putih harus paham betul kondisi budaya suku asli Gurrumul.

Film juga memperlihatkan bagaimana Gurrumul pada akhirnya harus mengemban tugas berat sebagai musisi yang terkenal di industri musik juga tokoh masyarakat Yolngu. Intrik juga kerap kali terjadi karena budaya Yolngu tidak familiar bagi masyarakat barat.

Kesederhanaan yang dimiliki seorang Gurrumul juga tergambar nyataa di film. Ya, ia memang musisi yang unik karena sama sekali tidak peduli pada popularitas dan uang.

Ada beraneka fakta-fakta menarik tentang sosok Gurrumul yang pada akhirnya terungkap. Selama ini, ia memang terkenal pendiam dan jarang berinteraksi dengan awak media.

Pasti banyak orang berpendapat film dokumenter membosankan dan tidak seru. Namun, film ‘Gurrumul’ sangat berbeda karena cara Williams meramu cerita sangat apik dan tidak biasa.

Alur cerita yang Williams buat benar-benar mampu mengocok perasaan setiap penonton yang menyaksikan. Sebab, kehidupan Gurrumul memang penuh kesenangan, namun juga haru dan kisah tragis.

FSAI 2019 masih akan digelar hingga 31 Maret mendatang. Saksikanlah sendiri betapa seru dan menariknya film ‘Gurrumul’.

Cerita menurut Sutradara Soal ‘Gurrumul’ yang Tayang di FSAI 2019 :

Nama dari Geoffrey Gurrumul Yunupingu mungkin terdengar asing di masyarakat Indonesia. Akan tetapi, Gurrumul sangat terkenal sebagai salah satu penyanyi Aborigin paling berbakat.

Album self-titled ‘Gurrumul’ yang rilis pada 2008 berhasil masuk 10 besar di tangga lagu berbagai negara, termasuk Australia, Jerman, dan Swiss. Nyatanya, nyaris semua karyanya menggunakan bahasa Yolngu yang hanya akrab bagi telinga masyarakat Aborigin kawasan Timur Laut Australia.

Pada tahun 2017, sutradara Paul Damien Williams merilis sebuah film dokumenter berjudul ‘Gurrumul’. Film itu sangat populer di Australia dan berhasil memenangkan kategori ‘Best Full-Length Documentary’ di AACTA 2018.

Masyarakat Indonesia akhirnya berkesempatan menyaksikan  ‘Gurrumul’ melalui Festival Sinema Australia Indonesia 2019 (FSAI 2019) yang akan digelar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Mataram, hingga 31 Maret mendatang. kumparan kemudian berkesempatan mewawancarai Paul Damien Williams terkait film ‘Gurrumul’ kala FSAI 2019 secara resmi dibuka di CGV, Grand Indonesia, Jakarta Pusat.

Willams mengaku mulanya hanya mengenal sosok Gurrumul karena beberapa kali bertemu di studio rekaman. Keinginan supaya mengangkat Gurrumul dalam sebuah film dokumenter nyatanya justru tercetus secara tidak sengaja.

“Gurrumul” Film Mengenai Musisi Tunanetra Asli Aborigin

“Ketika itu, saya sedang mengendarai mobil dan lagu Gurrumul diputar di radio. Saat mendengar lagu itu, hati saya tersentuh hingga harus menepi sejenak,” ungkap Williams.

“Karya beliau memiliki unsur-unsur spiritual yang nyata dan sangat berbeda dari lagu populer lain yang sering diputar di radio Australia,” sambungnya.

Dengan mengangkat sosok Gurrumul, Williams juga ingin memperkenalkan lebih jauh budaya Aborigin yang merupakan penduduk asli Australia. Pendapat Williams, suku Aborigin semakin termarjinalkan seiring dengan berkembangnya Australia menjadi negara multi-kultur.

“Selama ini pun, film-film Australia lebih banyak menggambarkan suku Aborigin sebagai sumber masalah. Nyatanya, budaya mereka pun perlu untuk rayakan dan bahasa mereka wajib untuk diketahui,” tuturnya.

Williams menceritakan bahwa film ‘Gurrumul’ digarap selama 4 tahun. Proses penggarapan film berlangsung cukup panjang karena Williams merasa punya tanggung jawab untuk bisa secara benar mengangkat budaya Aborigin, khususnya budaya asli Gurrumul, yakni Yolngu.

“Aku membutuhkan melakukan banyak riset dari para pelestari budaya Yolngu. Aku ingin bahasa dan budaya mereka benar-benar tersampaikan dengan baik di film,” kata Williams.

Salah satu dari berbagai langkah Williams supaya mengenal lebih jauh mengenai budaya Yolngu adalah menjadikan Gurrumul sebagai co-producer. Williams pun mengakui bahwa kehadiran Gurrumul membawa perbedaan signifikan dalam film.

“Misalnya, kami diperbolehkan melakukan syuting di prosesi pemakaman ayah dan ibu Gurrumul. Hal tersebut unik karena tak banyak yang tahu kalau pemakaman adat Yolngu digelar secara besar-besaran, selama berhari-hari,” paparnya.

Walau telah menjadi co-producer, Williams membeberkan bahwa Gurrumul sama sekali tidak mau diwawancarai. Akan tetapi, dalam trailer terlihat Gurrumul sempat berbicara sedikit di depan kamera.

“Adegan tersebut kami dapatkan setelah proses syuting selesai. Saat itu, Gurrumul memintaku untuk mengambilkan fish and chips, makanan kesukaannya. Aku bilang, ‘Kau bisa ambil sendiri!’. Kemudian dia berkata lagi, ‘Baik. Aku ingin diwawancara jika kau mau mengambilkannya untukku’. Hal tersebut begitu konyol dan mengejutkan, tentu aku mau,” ujar Williams sembari tertawa.

Ya, film yang berjudul ‘Gurrumul’ akan banyak menceritakan bagaimana keseharian sang maestro di tengah-tengah kaum Yolngu. Selain itu, film ini juga akan mengangkat berbagai intrik kala Gurrumul terus berusaha mempertahankan budaya leluhur meski dirinya adalah seorang penyanyi internasional.

Williams menguraikan berbagai fakta bahwa dalam film, tidak akan ada cerita mengenai komplikasi penyakit yang diderita Gurrumul. Seperti diketahui, Gurrumul meninggal dunia karena komplikasi penyakit hati dan ginjal, juga hepatitis bawaan lahir pada 2017, 18 bulan setelah proses penggarapan film ‘Gurrumul’ selesai.

“Memang pada saat kami meminta izin, Gurrumul mengajukan dua syarat. Pertama, ia tak mau diwawancara. Kedua, ia tak mau membicarakan penyakitnya,” kata Williams.

“Gurrumul pernah berkata, ‘Banyak film boleh menceritakan penyakit akut para penduduk asli Australia, tapi cuma boleh ada satu film tentang Gurrumul’,” sambungnya.

Selama ribuan tahun, Aborigin Australia telah membangun sistem kepercayaan yang sangat kompleks, yang menghubungkan daratan, spiritualitas, adat istiadat, budaya, dan rasa cinta negeri. Pusat dari kepercayaan ini adalah konsep “Dreamtime” atau ”Mimpi”. Tidak satu pun dari kata ini yang memiliki arti sebenarnya atau memiliki nuansa kesan dari sistem kepercayaan Aborigin ini.

Meskipun beberapa kelompok Aborigin secara umum memiliki arti dan kisahnya sendiri mengenai “Dreamtime”, istilah ini dipahami sebagai waktu saat roh para leluhur menciptakan dunia dan seisinya yang ada hingga sekarang. Kelompok Aborigin lain juga memiliki pendapat mereka sendiri, dalam bahasa mereka, yang menggambarkan waktu penciptaan ini dan kisah penciptaan mereka sendiri secara khusus yang terhubung dengan periode waktu ini.

Untuk mempelajari tentang budaya Aborigin, tonton film pemenang penghargaan yang kaya akan rasa kemanusiaan dan sesekali sangat lucu serta menyentuh perasaan.

 

Continue Reading

Share